Tembang macapat memiliki beberapa jenis, yang mana masing-masing jenis tersebut dibedakan dengan aturan-aturan yang membentuknya yakni Guru Lagu, Guru Wilangan dan Guru Gatra.
Terdapat 11 jenis tembang macapat yang dikenal luas masyarakat kita. Setiap jenis tembang ini memiliki makna, berdasarkan dari orang tua terdahulu menjelaskan bahwa, kesebelas tembang macapat tersebut sebenarnya menggambarkan tahap-tahap kehidupan manusia manusia dari mulai alam Rahim sampai dengan meninggalnya.
Berikut penjelasan 11 tembang macapat :
1. Maskumambang ( Janin),
Maskumambang berasal dari mas dan kumambang. Kata mas atau emas berarti sesuatu yang sangat berharga, yang dapat diartikan bahwa anak meskipun masih dalam kandungan merupakan sebuah anugerah yang besar tak ternilai harganya.
Mambang atau kemambang berarti mengambang. Maskumamang ini mengambarkan bayi yang hidup mengambang di dalam Rahim ibunya. Hidup dan tumbuh selama 9 bulan di dalam dunianya yaitu Rahim ibunda.
Tembang maskumambang memiliki watak dan sifat rasa atau karakter yang menggambarkan kesedihan, belas kasihan (welas asih), dan kesusahan. Tembang ini biasanya digunakan untuk lagu-lagu yang isinya tentang suasana duka.
Aturan tembang maskumambang (12i – 6a – 8i – 8o)
2. Mijil (Terlahir)
Mijil mempunyai arti keluar. Tembang ini melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang baru lahir. Mijil menggambarkan awal hadirnya anak manusia di dunia ini, dia begitu suci dan lemah sehingga masih sangat membutuhkan perlindungan.
Tembang mijil memiliki watak yaitu sebuah pengharapan, welas asih, perhatian dan tentang cinta. Tembang ini biasanya digunakan sebagai media dalam memberikan nasehat, cerita cinta, pengharapan dan ajaran ketabahan dalam menjalani setiap laku kehidupan.
Aturan tembang mijil (10i – 6o – 10e – 10i – 6i – 6o)
3. Sinom (Muda)
Sinom memiliki arti sebuah pucuk yang baru tumbuh dan bersemi. Tembang sinom menggambarkan seorang manusia yang mulai beranjak dewasa dan telah menjadi pemuda atau remaja yang mulai tumbuh.
Ada juga yang menafsirkan bahwa tembang sinom berkaitan dengan upacara bagi anak-anak muda zaman dahulu. Tembang sinom memiliki watak bersemangat, bijaksana dan sering digunakan untuk piwulang (mangajari) dan wewarah (membimbing).
Aturan tembang sinom yaitu (8a – 8i – 8a – 8i – 7i – 8u – 7a – 8i – 12a).
4. Kinanthi (Dituntun)
Kata kinanthi berasal dari kata “kanthi” yang berarti menggandeng atau menuntun. Tembang ini menggambarkan kehidupan anak muda yang masih membutuhkan tuntunan agar bisa menjadi orang yang baik di dunia ini.
Di usianya ini, biasanya ia sedang dalam masa pencarian jati diri, masih banyak pertanyaan pada dirinya tentang “siapa aku”, sehingga ia mencari sosok yang bisa menjadi panutan atau teladan.
Tembang kinanthi memiliki watak yang cenderung untuk mengungkapkan nuansa yang menyenangkan, kasih sayang dan kecintaan serta tauladan hidup.
Aturan pada tembang ini yaitu (8u – 8i – 8a – 8i – 8a – 8i ).
5. Asmaradhana ( Api Asmara )
Tembang asmaradhana berasal dari kata “asmara” yang berarti cinta kasih. Tembang ini merupakan tembang yang banyak mengisahkan gejolak asmara yang dialami manusia.
Masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta dan ditenggelamkan dalam lautan kasih.
Tidak hanya cinta kepada sesama manusia, namun juga cinta terhadap Sang Pencipta, cinta terhadap Rasulullah SAW dan cinta alam semesta.
Watak pada tembang asmaradhana yaitu menggambarkan cinta kasih, asmara dan juga rasa pilu atau rasa sedih. Macapat ini sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta, baik untuk kesedihan karena patah hati maupun kebahagiaan sebuah pengharapan.
Tembang ini memiliki aturan yaitu (8i – 8a – 8e – 7a – 8a – 8u – 8a)
6. Gambuh ( Sepaham/Cocok)
Gambuh berasal dari kata “Jumbuh” yang dapat diartikan sebagai sebuah kecocokan antara pria dan wanita yang didasari dengan cinta. Tembang gambuh menggambarkan tentang sebuah perjalanan hidup seseorang yang telah bertemu dengan pasangannya yang cocok dan keduanya akan membina rumah tangga.
Watak yang terdapat pada tembang ini ialah tentang keramahan dan persahabatan. Gambuh juga sering digunakan untuk menyampaikan kisah kisah kehidupan.
Aturan pada tembang gambuh yaitu (7u – 10u – 12i – 8u – 8o).
7. Dhandang Gula ( Manisnya Kehidupan)
tembang dhandang gulaKata dhandang gula berasal dari kata gegadhangan yang bermakna cita-cita, harapan atau angan-angan. Sedangkan pada kata gula berarti manis, indah dan menyenangkan.
Dhandang gula menggambarkan sepasang kekasih yang memperoleh kebahagiaan setelah melewati suka duka dalam berumah tangga dan meraih cita-citanya.
Tembang ini memiliki watak gembira, indah dan luwes sehingga sangat cocok digunakan sebagai pembuka untuk mengajak kebaikan, ungkapan rasa cinta dan kebahagiaan.
Aturan pada tembang dhandanggula yaitu (10i – 10a – 8e – 7u – 9i – 7a- 6u – 8a – 12i- 7a)
8. Durma (Memberi )
Tembang Durma berasal dari kata “Derma” dalam bahasa Jawa yang memiliki arti suka memberi dan berbagi rezeki kepada orang lain. Namun ada juga yang menafsirkan bahwa durma sebagai mundurnya tata krama atau etika.
Durma menggambarkan tentang kisah manusia yang telah mendapatkan segala kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ketika manusia dalam kondisi yang serba kecukupan ia seharusnya akan bersyukur dan selalu melihat serta memberi pertolongan saudara dan tetangganya yang masih dalam kekurangan .
Durma memiliki watak yang tegas, keras, dan penuh dengan amarah yang bergejolak. Selain itu tembang ini juga menggambarkan semangat perang dan berontak.
Untuk aturan tembang durma yaitu : (12a – 7i – 6a – 7a – 8i – 5a – 7i)
9. Pangkur ( Menarik Diri)
Tembang pangkur berasal dari kata “mungkur” yang berarti pergi dan meninggalkan. Tembang ini bagi orang jawa sering dimaknai sebagai proses mengurangi hawa nafsu dan mundur dari urusan keduniawian.
Pangkur juga mengisahkan manusia yang sudah memasuki usia senja dimana seseorang tersebut akan lebih intropeksi tentang dirinya, tentang masa lalunya, tentang pribadinya dan Tuhannya.
Watak pada tembang pangkur berbicara tentang karakter yang gagah, kuat, perkasa dan hati yang besar. Sedangkan aturan tembang ini yaitu : (8a – 11i – 8u – 7a – 8i – 5a – 7i).
10. Megatruh ( Sakaratul Maut)
Kata megatruh berasal dari kata “megat” dan “roh”, yang memiliki arti putusnya roh atau terlepasnya roh dari tubuh manusia. Megatruh juga memiliki arti tentang perjalanan seorang manusia yang telah selesai di dunia.
Secara umum tembang ini menggambarkan bagaimana manusia ketika dalam kondisi sakaratul maut.
Watak pada tembang megatruh ialah kesedihan , kedukaan, dan penyesalan. Untuk aturan pada tembang ini yaitu : (12u – 8i – 8u – 8i – 8o)
11. Pucung (Kematian/Dipocong)
Kata pucung atau pocung berasal dari kata pocong , yang mana berarti ketika seseorang sudah meninggal yang dikafani atau dipocong sebelum dikuburkan sesuai dengan syariat Islam.
Tembang pocung menggambarkan bahwasanya semua makhluk yang bernyawa akan menemui ajalnya atau akan datangnya kematian.
Pocung memiliki watak yang lucu dan jenaka, juga berisi tentang tebakan dan hal lucu lainnya. Tembang ini juga digunakan untuk menceritakan lelucon dan berbagai nasehat.
Aturan pocung yaitu : (12u – 6a – 8i – 12a).
Demikian tahap-tahap kehidupan manusia yang digambarkan secara urut melalui tembang tembang macapat.Terima Kasih.
Rahayu
No comments:
Post a Comment