Menggali kedalaman makna syair Lir Ilir dari Sunan Kalijaga


Menggali kedalaman makna syair Lir Ilir dari Sunan Kalijaga
Agama islam masuk ke tanah Jawa dengan cara yang santun, yaitu dengan budaya. Budaya islam secara perlahan masuk ke dalam budaya masyaralat Jawa yang saat itu menganut Hindu dan Budha. Pada saat itu adalah Walisongo yang berjuang menyebarkan ajaran islam. Dari berbagai metode dakwah yang digunakan, diantaranya adalah dengan tembang atau Syair atau syiiran. Salah satu syair peninggalan Sunan Kalijaga ini masih eksis, adalah Lir Ilir. Syair sederhana yang diciptakan pada abad 15 – 16 Masehi ini mempunyai makna yang dalam sekali. Tak habis kata untuk menjabarkan apa makna yang terkandung dalam syair ini. Kali ini penulis mencoba memahami makna apa yang terkandung dalam syair Lir Ilir.

Berikut Syair Lir-Ilir.
Lir-ilir, Ilir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro, dodotiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomono, jlumatono
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo sorako,  sorak iyo !

Makna Syair Lir-Ilir
Lir-ilir, Ilir-Ilir (Bangunlah, bangunlah).
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi).
Tak ijo royo-royo (Demikian Menghijau).
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan Pengantin baru)

Dalam syair ini Sunan Kalijaga berpesan bahwa ajaran agama Islam yang diajarkan adalah agama yang benar dan sudah mulai berkembang. Marilah selalu dijaga dan dirawat dengan semangat dan keyakinan seperti layaknya semangat dan keyakinan pengantin baru. Pengantin baru yang penuh keyakinan menjalani hidup penuh cinta, berkomitmen untuk menjaga kepercayaan sampai akhir hayat. Dari pengantinlah akan menghasilkan keturunan yang baik dan meneruskan agama islam.

Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala).
Penekno blimbing kuwi (panjatlah pohon blimbing itu).
Lunyu-lunyu penekno (walaupun licin tapi panjatlah).
Kanggo mbasuh dodotiro (Untuk membasuh pakaianmu)

Cah Angon (pengembala)yang menjaga peliharaanya supaya makan makanan yang benar tidak makan tanaman petani. Pada dasarnya setiap manusia adalah angon minimal untuk dirinya sendiri. Bagaimana ia harus menjaga supaya selalu menjalankan kebaikan meninggalkan hal yang buruk. Selalu menjaga apa yang diperbuatnya tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT. Lebih luas lagi seorang pemimpin harus mampu angon semua warga atau umatnya.
Penekno blimbing kuwi. Sunan kali jaga memilih buah belimbing karena belimbing memiliki sisi 5 yang menggambarkan Rukun Islam ada 5, Shalat ada 5 waktu. Bisa juga diterapkan untuk Pancasila yang mempunyai 5 sila.

Lunyu-lunyu penekno, meskipun licin tetaplah memanjat buah belimbing ini. Mengandung makna untuk melaksanakan kelima rukun Islam, dan kewajiban agama Islam harus tetap dilaksanakan walaupun seberat apapun rintangan yang harus dihadapi. Termasuk menuntut ilmu, ilmu untuk mengetahui syarat dan rukun dari kelima rukun islam adalah wajib. Maka munculah pepatah carilah ilmu walau sampai negeri china, carilah ilmu walaupun dengan susah payah dan sampai tempat yang jauh. Kalau pepatah jawa mengatakan Jer Basuki mawa beya yang artinya kalau mau mendapatkan kemulyaan harus didapat dengan pengorbanan bukan dengan jalan pintas, mungkin kalau masa sekarang tidak boleh korupsi. Karena korupsi perbuatan yang tidak mau susah tapi mendapatkan hasil yang banyak. Berarti kalau kembali ke belimbing tadi, untuk mendapatkan buahnya harus dengan memanjat walaupun licin dan tidak boleh di tebang.

Kanggo Mbasuh Dodotiro, artinya untuk mencuci pakaian kita. Pakaian adalah harga diri tanpa pakaian manusia tidak mempunyai harga diri. Pakaian yang mencerminkan harga diri adalah perilaku, perilaku yang baik adalah perilaku yang sesuai dengan tuntunan agama.
Dodotiro, dodotiro (pakaianmu-pakainmu).
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak di bagian samping).
Dondomono, jlumatono   (Jahitlah, benahilah).
Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)

Dodotiro pakaianmu itu adalah agamamu yaitu agama Islam. Agama yang menjadi pakaianmu telah terkoyak di pinggir ( kumitir bedhah ing pinggir ), telah ternoda dengan perbuatan yang mengurangi nilai ibadahmu. Manusia kadang rajin beribadah tetapi masih belum mampu meninggalkan semua laranganNya. Rajin shalat tapi masih ghibah, mencuri dan lainnya.
Maka segeralah untuk menyadari dan memperbaiki. Segera bertaubat (  Dondomono Jlumatono )supaya tidak semakin parah.

Mengapa harus segera bertaubat, untuk apa? Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore). Sebo dalam bahasa jawa bermakna menghadap kepada yang sangat di hormati. Manusia pada akhirnya akan mengalami tua dan mati. Jadi harus bertaubat untuk menghadapi kematian / menghadap Yang Agung. Jadi waktu sebelum “sore” harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Mumpung padhang rembulane (mumpung rembulan masih terang).
Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang).
Yo surako surak iyo (Bersoraklah dengan sorakan Iya).

Mumpung padhang rembulane (mumpung rembulan masih terang). Mumpung masih muda, masih sehat, masih sempat, masih kaya dan masih hidup manfatkanlah. Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
Manfaatkan masa muda sebelum masa tua datang
Manfaatkan masa sehat sebelum datang masa sakit
Manfaatkan masa kaya sebelum datang  masa miskin
Manfaatkan Masa sempat datang sebelum masa sibuk dan
Manfaatkan hidup sebelum datang ajal menjemput.
Yo surako surak iyo (Bersoraklah dengan sorakan Iya). Semangatlah untuk melaksanan semua ajaran kebaikan dengan senang hati

Kesimpulan :
Sunan Kalijaga memotivasi kepada umat manusia untuk mangamalkan ajaran agama Islam, mendalami memahami dan mengamalkan dengan sepenuh hati untuk bekal menghadapi kematian. Hidup di dunia harus dimanfaatkan untuk berbuat kebaikan.

Semoga bermanfaat, terima kasih.
rahayu

No comments:

Post a Comment